Tuesday, January 23, 2018

Tectonic Lempeng (Teori Lempeng)

Pada tahun 1960-an muncul adanya suatu teori yang dikenal dengan Teori Lempeng Tektonik. Menurut teori tersebut dijelaskan bahwa pada lapisan terluar bumi (listhosfer) terbuat dari lempengan tipis dan keras yang masing-masing lempeng tersebut bergerak secara relatif terhadap lempeng lain. Hingga saat ini teori tektonik lempeng tektonik berhasil menjelaskan berbagai kejadian alam yang terjadi mulai dari erupsi gunung berapi, tsunami, dan gempa bumi. Teori lempeng tektonik juga menjelaskan proses terbentuknya muka bumi seperti seperti gunung, samudra, dan benua.
Kerak bumi (continental crust), kerak samudra (Oceanic Crust) dan mantel bumi (earth mantle) adalah penyusun terbentuknya lempeng tektonik. Berdasarkan kepadatan materialnya kerak benua memiliki kepadatan lebih rendah dibandingkan dengan kerak samudra. 

Ada beberapa lempeng utama dunia yang aktif melakukan pergeseran, yaitu ;
  • Lempeng Eurasia
  • Lempe Pasifik
  • Lempeng Australia
  • Lempeng Afrika
  • Lempeng Antartika
  • Lempeng Amerika Utara
  • Lempeng Amerika Seletan
Ada beberapa lempeng penting lainnya yang lebih kecil meliputi Lempeng Filipina, Lempeng Scotia, Lempeng Cocos, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng India, Lempeng Karibia, dan Lempeng Arabia. Pegerakan lempeng mengakibatkan pembentukan muka bumi mulai dari pemecahan benua menjadi beberapa benua dan pembentukan superkontinen. Pada 1 miliar tahun yang lalu terbentuk Superkontinen rodinia dimana mencangkup hampir semua benua atau semua benua di bumi terpecah menjadi delapan benua pada 600 juta tahun yang lalu. Setelah terpecah menjadi delapan benua selanjutnya benua tersebut tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangea yang kemudian terpecah menjadi Gondwana dan Laurasia.

Berdasarkan arah pergerakan lempeng (plate movement) perbatasan lempeng atau plate bounderies) dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu;
1. Divergen
Keadaan dimana lempeng bergerak saling menjauh satu sama lain.
2. Konvergen
Keadaan dimana lempeng bergerak saling mendekati sehingga membentuk zona subduksi atau tunjaman. Lempeng bergerak saling bertabrakan satu sama lain.
3. Transform
Keadaan dimana lempeng bergerak saling bergesekan satu sama lain. Pergerakan lempeng bisa dekstral (ke kanan di sisi berlawanan pengamat) atau sinistral (ke kiri di sisi berlawanan pengamat).

Selain itu ada 3 (tiga) jenis lain yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana ketiga lempeng kerak bumi tersebut saling bertemu ; 
 a. Batas Divergen
Keadaaan terjadi ketika dua lempeng saling bertemu dan bergerak saling menjauh satu sama lain. Ketika keadaan lempeng menyebabkan kerak bumi (lithosfer) menjadi tipis dan terbelah membentuk batas divergen.
Proses tersebut menyebabkan terbentuknya pemekaran dasar laut atau sea floor spreading pada lempeng samudra, kemudian menyebabkan terbentuknya lembah retakan atau rift valley yang diakibatkan adanya celah diantara kedua lempeng yang saling bergerak menjauh, dan terbentuknya Pematang Tengah –Atlantis atau Mid-Atlantic Ridge yang membujur dari utara menuju selatan sepanjang Samudra Atlantic dan membatasi benua Afrika dan Eropa dengan Benua Amerika.
b. Batas Konvergen
Keadaan terjadi ketika dua lempeng bergerak tertelan (consumed) ke arah kerak bumi (lithosfer), sehingga mengakibatkan kedua lempeng bergerak saling menumpu lempeng lain. 
Peristiwa dimana terdorongnya lempeng samudera ke bawah lempeng benua (continental crust) atau lempeng samudera (oceanic crust) disebut zona tunjaman atau subduction zone. Di sekitar zona tunjaman sering terjadi gempa bumi. Parit samudera (oceanic trench) dan gunung api (volcano ridge) biasanya terbentuk di zona tunjaman (subduction zone). 
c.Batas Transform
Keadaan terjadi ketika lempeng yang satu dengan yang lain saling bergerak bergesekan satu sama lain (each slide other) bergerak sejajar dengan arah berlawanan.  Batas transform berikut dikenal juga dengan sesar ubahan bentuk (transform fault).

Negara Indonesia sendiri dikelilingi oleh 3 (tiga) lempeng aktif melakukan pergerakan yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Hal ini membuat Negara Indonesia menjadi rawan terjadinya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Selanjutnya posisi Negara Indonesia juga dilalui oleh Sirkum pengunungan yaitu Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik. Indonesia juga terletak di wilayah cincin api (Ring Of Fire). Hal ini berdampak pada intensitas terjadinya bencana gempa bumi dan potensi tsunami.